Setiap Muslim yang pernah menunaikan ibadah
umrah dan haji tentu tak asing lagi dengan thawaf. Thawaf adalah tahiyyat
(penghormatan) terhadap Masjidil Haram. Seseorang yang memasuki Masjidil Haram
tidak perlu melakukan shalat tahiyyatul masjid, karena tahiyyat (penghormatan)
terhadapnya adalah dengan melakukan thawaf. Kecuali apabila shalat fardhu
hendak dilaksanakan orang, maka hendaknya ia shalat bersama imam. Hendaklah
Masjidil Haram diramaikan dengan melakukan thawaf kelilingnya setiap kali
memasukinya. Berbeda halnya dengan masjid-masjid lain karena sebagai
penghormatan adalah dengan melaksanakan shalat.
“Thawaf
adalah shalat, kecuali bahwa Allah ta’ala membolehkan di sana berbicara. Oleh
karena itu, hendaklah yang dikatakannya itu yang baik.”
(HR Trimidzi dan Daruquthni)
Seseorang yang thawaf hendaknya memulai
thawafnya dengan menyisi dekat hajar aswad, sambil mencium, menyapu, atau
memberi isyarat sedapat mungkin. Hendaklah Ka’bah berada di sebelah kiri.
Thawaf berarti mengelilingi Ka’bah dengan berjalan memutar ke kiri.
Jika thawaf telah dimulai, disunnahkan untuk
berjalan cepat pada tiga putaran pertama. Langkah hendaknya diperpendek dan
dipercepat, dan sedapat mungkin mendekatkan diri ke Ka’bah. Kemudian empat kali
putaran selanjutnya hendaknya ia berjalan seperti biasa. Dan seandainya ia
tidak bisa berjalan cepat atau tidak tidak dapat mendekati Ka’bah karena
banyaknya orang yang thawaf hingga berdesak-desakan, bolehlah ia thawaf
bagaimana dapatnya. Dan disunnahkan untuk menyapu rukun Yamani dan mencium
hajar aswad atau mengusapnya pada setiap kali dari tujuh putaran itu.
Disunnahkan pula memperbanyak dzikir dan doa.
Ibarat putaran baut, memutar ke kiri berarti
membuka, melonggarkan dan melepaskan perangkat baut. Sebab itu, tidak salah
bila di awal thawaf, kita disunnahkan untuk memperpendek dan mempercepat
langkah. Sebuah langkah yang membutuhkan energi ekstra sebelum kemudian di
putaran keempat kita berjalan biasa. Sekali lagi analog dengan cara kerja baut,
saat awal hendak membuka baut, kita kerapkali mengerahkan semua tenaga agar si
baut dapat dikendorkan lantas dilepaskan.
Ada makna lebih dalam lagi dari gerak
perputaran ke kiri yang melonggar. Yakni, kita ummat manusia mesti melonggarkan
diri agar mudah menerima karunia, berkah, rahmat dan ampunan dari Allah SWT.
Diriwayatkan oleh Baihaqi dari Ibnu Abbas ra dengan sanad yang hasan bahwa Nabi
SAW bersabda: “Setiap hari Allah menurunkan
kepada orang-orang yang berhaji ke Rumah Suci-Nya 120 rahmat, 60 rahmat bagi
orang-orang yang thawaf, 40 rahmat bagi orang-orang yang shalat, dan 20 rahmat
lagi bagi orang-orang yang menyaksikannya.”
Sedangkan kalau kita bergerak memutar ke
kanan, semakin rapat dan semakin tak ada celah dalam diri. Dengan begitu, sulit
kita menerima karunia, berkah, rahmat dan berharap ampunan dari Allah SWT.
Karena, kita telah merasa memiliki kekuatan dan tidak membutuhkan kekuatan
lagi. BN
Komentar
Posting Komentar